Inilah Ketentuan Berqurban Untuk Orang Lain sesuai syariat Islam. Mari kita telaah bersama demi memantapkan khazanah pengetahuan kita tentang Islam.
✔ Dalil Al Qur'an
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.(al Hajj:36)
✔ Ketentuan Hukum Berqurban Untuk Orang Lain yang Sudah Meninggal
Hukum yang berkembang dalam Madzhab Syafi'i tentang mengqurbani orang yg sudah mrninggal /wafat ada 2, yaitu boleh dan tidak boleh. Apabila tidak ada wasiat dari orang yg meninggal tersebut maka tidak boleh ia diqurbani. Menurut Imam Syafii sendiri tidak boleh kecuali ada wasiat.
وَلَا) تَضْحِيَةَ (عَنْ مَيِّتٍ لَمْ يُوصِ بِهَا) لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَأَنْ لَيْسَ لِلإِنْسَانِ إِلا مَا سَعَى} [النجم: 39] فَإِنْ أَوْصَى بِهَا جَازَ، فَفِي سُنَنِ أَبِي دَاوُد وَالْبَيْهَقِيِّ وَالْحَاكِمِ «أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ عَنْ نَفْسِهِ وَكَبْشَيْنِ عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَقَالَ: إنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَمَرَنِي أَنْ أُضَحِّيَ عَنْهُ، فَأَنَا أُضَحِّي عَنْهُ أَبَدًا» - إلى أن قال - وَقِيلَ تَصِحُّ التَّضْحِيَةُ عَنْ الْمَيِّتِ وَإِنْ لَمْ يُوصِ بِهَا؛ لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنْ الصَّدَقَةِ، وَهِيَ تَصِحُّ عَنْ الْمَيِّتِ وَتَنْفَعُهُ
Namun pendapat lain dari kalangan Syafi'iyah ada yg memperbolehkan berqurban utk orang yg sudah meninggal meskipun tidak berwasiat karena qurban itu sama dgn sedekah dan sedekah bermanfaat bagi si mayit.
Dan pendapat itu didukung oleh Imam Hambali, Maliki, dan Hanafi.
Hal ini sebagaimana yang dimaktub dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah.
إِذَا أَوْصَى الْمَيِّتُ بِالتَّضْحِيَةِ عَنْهُ، أَوْ وَقَفَ وَقْفًا لِذَلِكَ جَازَ بِالاِتِّفَاقِ. فَإِنْ كَانَتْ وَاجِبَةً بِالنَّذْرِ وَغَيْرِهِ وَجَبَ عَلَى الْوَارِثِ إِنْفَاذُ ذَلِكَ. أَمَّا إِذَا لَمْ يُوصِ بِهَافَأَرَادَ الْوَارِثُ أَوْ غَيْرُهُ أَنْ يُضَحِّيَ عَنْهُ مِنْ مَال نَفْسِهِ، فَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ إِلَى جَوَازِ التَّضْحِيَةِ عَنْهُ، إِلاَّ أَنَّ الْمَالِكِيَّةَ أَجَازُوا ذَلِكَ مَعَ الْكَرَاهَةِ. وَإِنَّمَا أَجَازُوهُ لِأَنَّ الْمَوْتَ لاَ يَمْنَعُ التَّقَرُّبَ عَنِ الْمَيِّتِ كَمَا فِي الصَّدَقَةِ وَالْحَجِّ
“Adapun jika (orang yang telah meninggal dunia) belum pernah berwasiat untuk diqurbani kemudian ahli waris atau orang lain mengqurbani orang yang telah meninggal dunia tersebut dari hartanya sendiri maka mazhab Hanafii, Maliki, dan Hanbali memperbolehkannya. Hanya saja menurut mazhab Maliki boleh tetapi makruh. Alasan mereka adalah karena kematian tidak bisa menghalangi orang yang meninggal dunia untuk ber-taqarrub kepada Allah sebagaimana dalam sedekah dan ibadah haji” (,Wizarah al-Awqaf wa asy-Syu`al-Islamiyyah-Kuwait, Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwatiyyah, Bairut-Dar as-Salasil, juz, 5, h. 106-107).
✔ Ketentuan Hukum Berqurban Untuk Orang Lain yang Masih Hidup
لَوْ ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ بِغَيْرِإذْنِهِ لَمْ يَقَعْ عَنْهُ (وَأَمَّا) التَّضْحِيَةُ عَنْ الْمَيِّتِ فَقَدْ أَطْلَقَ أَبُوالْحَسَنِ الْعَبَّادِيُّ جَوَازَهَا لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنْ الصَّدَقَةِ وَالصَّدَقَةُ تَصِحُّ عَنْ الْمَيِّتِ وَتَنْفَعُ هُوَتَصِلُ إلَيْهِ بِالْإِجْمَاعِ
“Seandainya seseorang berqurban utk orang lain tanpa seizinnya maka tidak bisa. Adapun berqurban utk orang yg sudah meninggal dunia maka Abu al-Hasan al-Abbadi memperbolehkannya secara mutlak karena termasuk sedekah, sedngkan sedekah utk orang yg telah meninggal dunia itu sah, bermanfaat untuknya, dan pahalanya bisa sampai kepadanya sebagaimana ketetapan ijma` para ulama” ( Muhyiddin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Bairut-Dar al-Fikr, tt, juz, 8, h. 406)
✔ Hukum Memakan Daging Qurban
Orang yg berqurban dan yg diqurbani itu boleh memakan daging qurban asal tidak melebihi 1/3 dari dari daging qurbannya. Bahkan dianjurkan makan walau sepotong utk mendapat berkahnya.
Tapi kalau qurban nadzar, artinya orang yg berqurban itu mengqurbani seseorang karena ada sesuatu perkataan yg sah disebut nadzar maka ia tidak boleh sama sekali memakan daging qurban tersebut. 100% daging qurbannya harus disedekahkan ke orang2 miskin dan atau dihadiahkan ke orang2 kaya, lillaahi ta'alaa.
✔ Waktu Menyembelih Hewan Qurban
حامش فتح الوهاب ج ٥ ص ٢٥٥-٢٥٦
وَوَقْتُهَا) أَيْ التَّضْحِيَةِ (مِنْ مُضِيِّ قَدْرِ رَكْعَتَيْنِ وَخُطْبَتَيْنِ خَفِيفَاتٍ مِنْ طُلُوعِ شَمْسِ) يَوْمِ (نَحْرٍ إلَى آخِرِ) أَيَّامِ (تَشْرِيقِ) فَلَوْ ذَبَحَ قَبْلَ ذَلِكَ أَوْ بَعْدَهُ لَمْ يَقَعْ أُضْحِيَّةً لِخَبَرِ الصَّحِيحَيْنِ «أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ بِهِ فِي يَوْمِنَا هَذَا نُصَلِّي ثُمَّ نَرْجِعُ فَنَنْحَرُ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ أَصَابَ سُنَّتَنَا وَمَنْ ذَبَحَ قَبْلَ ذَلِكَ فَإِنَّمَا هُوَ لَحْمٌ قَدَّمَهُ لِأَهْلِهِ لَيْسَ مِنْ النُّسُكِ فِي شَيْءٍ» وَخَبَرُ ابْنِ حِبَّانَ «فِي كُلِّ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ»
المجموع شرح المهذب ج ٨ ص ٣٨٨
قَالَ أَصْحَابُنَا فَإِنْ ضَحَّى قَبْلَ الْوَقْتِ لَمْ تَصِحَّ التَّضْحِيَةُ بِلَا خِلَافٍ بَلْ تَكُونُ شَاةَ لَحْمٍ فَأَمَّا إذَا لَمْ يُضَحِّ حَتَّى فَاتَ الْوَقْتُ فَإِنْ كَانَ تَطَوُّعًا لَمْ يُضَحِّ بَلْ قَدْ فَاتَتْ التَّضْحِيَةُ هَذِهِ السَّنَةَ فَإِنْ ضَحَّى فِي السَّنَةِ الثَّانِيَةِ فِي الْوَقْتِ وَقَعَ عَنْ السَّنَةِ الثَّانِيَةِ لَا عن الاولى وان كان منذورا لزمه أَنْ يُضَحِّيَ لِمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
Waktu penyembelihan hewan qurban mulai terbit matahari pada hari nahar (10 Dzul Hijjah) dan berakhir sampai akhir hari tasyrik (tanggal 13 Dzul Hijjah, sebelum terbenam matahari). Menyembelih hewan qyrban sebelum ketentuan itu atau setelah hari tasyrik tidak tergolong ibadah Qurban, melainkan sembelihan biasa.
Memelihara hewan qurban boleh ketika belum disembelih khususnya yg berkenaan dgn Qurban yg bisa diqodho yakni Qurban Nadzar, tapi jika Qurban sunah tidak bisa diqodho setelah keluar waktunya. Andai hewan qurban sunnah belum disembelih tahun ini, maka Qurban itu utk tahun depan dan terhitung Qurban tahun depan bukan untuk tahun ini.
Lalu mengenai hewan yang dipelihara karena sengaja dilambat2kan oleh orang yg diamanati utk menyembelih tetapi tidak disembelih maka haram memelihara hewan yg sudah diperuntukkan utk qurban tetapi tidak diqurbankan tersebut.
Itulah Ketentuan Berqurban Untuk Orang Lain sesuai syariat Islam. Mudah2an apa yg kita telaah bersama ini dapat memantapkan khazanah pengetahuan kita tentang Islam.